Tahun 2014 di Indonesia disebut
sebagai tahun politik, dimana pada tahun ini secara serentak akan
diselenggarakannya pemilu. Banyak Tokoh bermunculan di Media. Dipinggir jalan
pepohonan penuh dengan gambar tebar pesona. Para calon Wakil rakyat mencoba
menyapa masyarakat dengan senyum ‘mesra’ seakan sudah akrab.
Para aparatur negara dari tingkat
PNS paling rendah hingga Pejabat Eksalon, dari Lurah hingga Presiden pada sibuk
Cuti hanya untuk berkampanye. Dengan alasan mempunyai tanggung jawab untuk
membesarkan partai karena merasa dibesarkan partai, mereka malah mengabaikan
tugas kenegaraannya sebagai Pelayan Rakyat.
Keadaan ini diperparah dengan
tidak adanya pendidikan politik yang jelas terhadap masyarakat. Mereka
(masyarakat) diperkenalkan kepada Calon wakilnya menggunakan cara semau gue,
bahkan Politik Uang menjadi begitu ‘Cantik’ dalam Roda Politik saat ini. Para
calon seakan begitu ‘memukau’ karena Uang. Lalu, apa yang bisa diharapkan
dengan Pesta Demokrasi?
Masyarakat sudah mengalami masa
kejenuhan akan yang namanya ‘Politik’. Setelah era Reformasi, semakin lama
semakin tidak percaya akan hasil Demokrasi. Sebab, produk demokrasi yang
diharapkan dapat menjadi harapan terhadap kesejahteraan mereka dari ‘ganasnya’
Pemerintah Orde baru, malah justru tidak jelas, sehingga suara mereka harus
dibeli.
Solusi yang mungkin saja sudah
tidak asing lagi adalah ‘pendidikan politik’ yang baik kepada masyarakat. jika
masyarakat sudah ‘tuli’ terhadap politik, perlu kiranya para Pemuda Indonesia
khususnya Mahasiswa yang dibekali dengan Pendidikan Politik. Karena saat ini,
para pemuda justru rawan masuk dalam ‘jebakan’ para pemilik ‘kepentingan’. Kita
lihat saja fenomena kampus yang ada di Indonesia, para mahasiswa diajarkan
politik yang jauh dari kata santun. Mereka dikotak-kotakan dengan adanya Organisasi
extra kampus, bahkan sampai dibuat fanatik terhadap Organisasinya
masing-masing. Puncaknya, saat Pemilu kampus, diajarkan politik Transaksional.
Mahasiswa yang masih Baru akan dijadikan ‘mesin’ penarik massa, bahkan ada pula
yang diajarkan menjadi ‘Makelar’ Politik.
Dalam dunia akademisi saja kita
sudah ‘kecolongan’ dengan sistem perpolitikan yang ada saat ini. Bagaimana
dengan masyarakat awam? Sedangkan masyarakat tak kalah besar kepada para
pemuda untuk bisa menciptakan perubahan dari pada harapan ‘Produk Demokrasi”.
Karenanya, kita para ‘orang-orang sadar’ perlu kiranya membuat sebuah Ide baru
sebagai bentuk ‘pencerahan’.