Pages

Selasa, 21 Februari 2017

Ilmu Falak dan PBS, Pentingkah?

Sebenarnya, Dikampus saya ngambil Jurusan Perbankan Syariah (PBS). Lalu, cukup mengherankan, jika ada mata Kuliah "Ilmu Falak" masuk di matakuliah PBS. Dari awal masuk semester 4 Lalu, saya sudah Ogah - ogahan untuk ikut mata Kuliah Ini. Sebab, saya mikir, Apa Hubungannya Antara PBS dan Ilmu Falak? Apa mungkin orang mau berurusan dengan Bank harus tau jadwal Sholat dan arah Kiblat?

  Tapi sayangnya, Mata Kuliah ini di Kartu Rencana Studi (KRS) Menjadi Matakuliah yang Wajib diikuti. Tidak ada pilihan lagi, saya harus ikut. Dan, byar...!! Saya tak lulus.

Hari ini, saya mengulang lagi Matakuliah Ilmu Falak ini. Dan, Karena saya sering berdiskusi dengan Om makmun, saya ada ketertarikan dengan mata kuliah ini. Meskipun, pikiran saya tetap merasa, mata kuliah ini 'Tidak Penting' untuk jurusan yang saya tempuh.

Lalu, didalam kelas, Dosen saya hari ini berbicara tentang Orientasi Mata Kuliah. Beliau bercerita tentang Peradilan Agama dan Peluang untuk menjadi Hakim diurusan Perbankan dan juga falakiah. Sebab, menurut beliau (Saya tidak akan sebut nama) sejak tahun 2005 kalau tidak salah, urusan Muamalat dan Kehakiman sudah ada di Peradilan Agama. Dan, disitu katanya yang ada hubungannya. Lagi - lagi, saya tidak nyambung.

Tanpa mengurangi rasa Hormat, saya tetap punya pikiran begini, kalau misalkan PBS itu mempunyai peluang untuk menjadi Hakim diperadilan, sepertinya kurang masuk akal. Karena, sekarang sudah ada jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HES), Hukum Perdata Islam (HPI) dan yang lain. Belum lagi, mengacu ke Pengalaman teman - teman saya yang ingin menjadi Hakim, selain Lulus dijurusan Hukum (Sesuai Hukum yang dikehendaki), juga harus ikut Kuliah Profesi. Entah modelnya seperti apa.

Saya rasa, PBS adalah jurusan yang lebih spesifik lagi dari Ekonomi Islam atau Ekonomi Syariat. Yang mana, Jurusan ini murni mengacu pada terapan Perbankan. Bukan dari sisi Hukum. Kalau mau dibidang yang berbicara Hukum, ya itu tadi, Ada HES, HPI, maupun yang lain. Lalu, Ilmu falak, atau profesi yang berkenaan Dengan Falakiah, saya rasa sudah ada jurusannya masing - masing.

Pengalaman ini, mengingatkan saya pada diskusi dengan K. Musthofa (Putra Annuqayah daerah Sawajarin). Beliau yang menjadi Lulusan Ultrech Belanda dan Juga kampus di Norwegia melalui Program Eramus Mondus itu bercerita tentang perbedaan Pendidikan di Indonesia dan Eropa. Salah satunya, adalah lebih banyaknya mata kuliah yang ditempuh tiap semester di Indonesia dengan Eropa. Sehingga, Mahasiswa yang kuliah di Eropa akan Lebih terfokus pada Pelajaran agar maksimal. Misalkan, menurut beliau, waktu menempuh S2 tersebut, dalam satu tahun menempuh Mata Kuliah kurang dari 10 Materi. Beda dengan Di Indonesia, katanya.

Dan, saya berpikir (Saya tidak melihat aturan dari Menristekdikti) mungkin Kampus saya sedang 'Berlomba' memperbanyak matakuliah tersebut. Sehingga, ada matakuliah yang saya rasa sedikit dipaksakan. Sayapun berkeyakinan, kalau mata Kuliah 'Ilmu Falak' ini presentasinya untuk urusan Profesi, pasca lulus kuliah mungkin maksimal 10 % dari Lulusan PBS yang menganggap penting untuk Profesi mereka. Selebihnya, Sesuai dengan bapak Dosen Pengampu, Ilmu Falak 'hanya' akan penting urusan Ibadah personal Mahasiswa saja.

Selanjutnya, Mungkin jika boleh memberi saran, alangkah lebih efektifnya jika Mata Kuliah tersebut diganti atau dihapus dengan Mata Kuliah yang lain. Semaksimal mungkin, Mata Kuliah tersebut menjadi Mata Kuliah 'Pilihan'. Lalu, apakah saya akan dianggap menyesal karena tidak lulus? Tidak. Sama sekali saya tidak menyesal. Hanya saja, terutama kepada penjamin Mutu Kampus, ini menjadi Catatan bahwa, Ilmu Falak Tidak penting untuk Jurusan PBS.

NB : Mohon Maaf, tidak bermaksud menyinggung. hanya berusaha memberi masukan. Siapa tau ada yang mendengar.

Sedikit Ulasan Tentang Freeport dan Kedudukan Indonesia

Hari Ini adalah hari dimana Sutan Datuk Ibrahim (Tan Malaka) Ditembak Mati diwilayah selopanggung Kediri. Dan, Hari ini juga (Mungkin dari kemarin) Freeport kembali 'Memanas'. Pemerintah dan freeport sedang bernegoisasi, yang mana, Jika Permintaan Pemerintah terkabul, Posisi Indonesia akan kuat dalam konteks freeport.

Tahukah anda, Freeport ditemukan ditahun 30an. Dan, semasa Presiden Soekarno menjabat, Investasi dan Eksploitasi di Indonesia sulit berkembang. Sebagian dari kita mungkin ingat, Bagaimana Ir. Soekarno menolak dana IMF dan Bank Dunia. Lalu, Para Amerika dan Sekutunya bersama para Koorporasi Dunia untuk Mengeksploitasi dan berinvestasi di Indonesia harus menggulingkan dulu Proklamator Indonesia.

Amerika, Pada waktu itu menggunakan Boneka bernama Soeharto. Lalu, dibuatkanlah isu PKI Vs Agama yang membuat Soekarno Tumbang. Jutaan rakyat Indonesia mati sia - sia. Tidak hanya itu, Para Jendral yang posisi diatas Soeharto pun Menjadi Korban. Akhirnya, Soeharto Naik ke Puncak Pimpinan Indonesia dengan cara yang cukup culas. Surat Perintah Sebelas Maret (SUPER SEMAR), hingga hari ini tidak jelas kemana. Hanya saja, Soekarno dalam pidatonya mengatakan, Super semar itu adalah surat perintah pengamanan Nasional, bukan Mandat Sebagai Presiden.

Saat itu, PNI Berelaborasi dengan PKI yang kencang menolak Investasi Asing. Akhirnya, AS dan sekutunya membuat Agenda PNI habisi Ajarannya (Nasionalisme Indonesia menurut pandangannya Soekarno) dan PKI habisi Orang - orangnya.

Setelah sukses, Soeharto berkuasa, dan pada tahun 67 penandatanganan kontrak pertama PT Freeport Indonesia dan disusul oleh kontrak - kontrak lain. Disitu, Cengkraman IMF mulai mengerogoti Indonesia. Media Internasional, mulai menulis besar - besar dengan Judul "Secercah Cahaya dari Asia" dengan foto Soeharto.(Rule of the word).

Kampanye Amerika mengatakan, "Dengan Dana IMF dan Bank Dunia, ataupun investasi asing, Kita bangun Indonesia untuk lebih maju." padahal, kalau kita mau sadar, bahasa Investasi Asing adalah cara lain untuk membuat Indonesia memiliki ketergantungan kepada Amerika. Dan, sampai hari ini, kita masih belum bisa melepas cengkraman tersebut. Bisa anda pikir, bagaimana mungkin Bank Dunia yang menyebut dirinya paling hebat dari segi ekonomi, tapi cara meminjamkan Uang malah tidak sesuai dengan Konsep ekonomi.

Mohon maaf, saya mengulas sedikit. Teori sederhana yang bisa diterima oleh masyarakat, orang pinjam Ke Bank pasti diukur dengan Penghasilan. Jika penghasilan sebulan itu 10 Juta, bank tidak akan pernah mau meminjamkan diatas 10 Juta. Pasti dibawahnya. Sedangkan IMF dan Bank Dunia, memberi pinjaman lebih dari penghasilan Indonesia. Apa itu,? APBN. APBN kita 2000 an T. Sedangkan, Mereka meminjamkan dana kepada Kita lebih dari itu. Apa jaminannya? Kalau tidak seluruh alam di Indonesia, dengan Kompensasi Kebijakan?

Padahal, Mengutip bahasa Prof. Mahfudz MD di salah satu TV Swasta, Jika keadilan itu tercipta, masyarakat Indonesia miskin bersama pun tidak ada masalah. Hari ini, semenjak adanya Investasi tersebut, Jurang Perbedaan Kelas antara Kelas Miskin dan Kelas kaya semakin Jauh.

Hari Ini, dari beberapa waktu yang lalu, Isu Agama kembali dimainkan, menjadi sebuah komoditas Politik. Masyarakat Indonesia Dibuat gaduh 'Hanya' urusan Jakarta. Sementara, saat animo masyarakat demikian terhadap jakarta, Banyak kebijakan yang luput dari perhatian. Diantaranya, Pilkada - Pilkada di lain tempat yang berjumlah ratusan, yang sebenarnya tidak kalah pentingnya justru ditinggal.

Lagi, Negoisasi PT. Freeport juga luput dari pandangan kita. Saya mencurigai, persoalan Jakarta justru menjadi 'alat' untuk meloloskan yang 'Lain'. Akhirnya, saya tutup tulisan ini, Mari berhenti sejenak berbicara Jakarta. Kita mikir tentang NKRI dan juga salah satunya adalah Freeport. Kita desak ataupun dukung Pemerintah untuk menghentikan Kontrak dengan Freeport. Dan, Membuat Posisi Indonesia menjadi lebih kuat dipersoalan Freeport.

Selamat Malam Indonesia.

NB : Tulisan ini ditulis dari berbagai Sumber. Mohon maaf, jika ada yang salah mohon dikoreksi.