Pages

Rabu, 22 Oktober 2014

Bukan Surat Terbuka.

Untuk Pak Jokowi


Assalamu'alaikum

Bapak, selamat atas dilantiknya anda sebagai Presiden ke-7 Indonesia. dengan itu, berarti anda adalah bapak Negara saya juga. Tulisan ini sengaja tidak dikasi nama surat terbuka, sebab meskipun mirip, ini tidak ada tujuan alamat yang jelas. Tapi, semoga saja bapak mau 'blusukan' ke Blog-blog rakyat Indonesia.

Bapak Jokowi, ingat ya bapak. Anda terpilih sebagai Presiden karena 35% Orang Indonesia memilih anda. Berarti ada 65% rakyat di Indonesia tidak memilih anda. Anda ingat? SBY itu terpilih menjadi presiden karena dipilih lebih dari 50% rakyat Indonesia. tapi, ditengah perjalanan pemerintahan beliau banyak yang menghujat. Padahal Indonesia sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat akibat beliau. anda tidak lupa kan pak Jokowi?

Bapak, jargon-jargon anda adalah anda sebagai pemimpin yang 'merakyat'. Dan, anda selalu saja mengatas namakan kami (Rakyat). sampai, anda mengadalan 'pesta kemenangan' adalah kemauan kami (rakyat). Rakyat yang mana bapak? rakyat yang 35%? kami, orang madura lagi merasa kekeringan. Jadi, kami tidak sempat memikirkan hal itu. Dan, saudara saya di lain tempat juga tidak mungkin memikirkan hal itu.

pak Jokowi, anda seharusnya jangan mengatas namakan kami. Anda selalu menyinggung perasaan 65% rakyat yang tidak memilih anda. Ini bukan survei bapak. 35% bukan sampel untuk warga Indonesia. 'pesta kemenangan' anda terlalu mewah. Seandainya uang itu diberikan kepada masyarakat Madura yang kekurangan air, atau rakyat Papua yang kelaparan, atau kemanalah yang tidak terkesan Hura-hura. Pasti anda kami anggap manusia merakyat setengah Dewa.

Pak Jokowi, Slogan anda adalah 'Kerja.. Kerja.. Kerja..'. Tapi, sampai saat ini Kabinet anda belum terbentuk. Lalu, kapan anda akan memulai bekerja? dahulu, Pak SBY mengistilahkan kerja 100 hari. Sekarang, apa anda mau mengatakan 'formatur kabinet 100 hari?'. Mana kecerdikan anda dalam berbicara sedari kemaren? kok, anda sepertinya mulai terlihat seperti layangan?

Pak Jokowi, saya kagum akan kesantunan anda. Tapi, seorang Presiden juga punya hak Untuk 'diktator'. kenapa anda malah kebingungan, dan semuanya harus mengadu kepada Mega dan KPK? sebenarnya presiden kami saat Ini siapa? anda membuat kami resah bapak. Kapan anda untuk Kerja, kerja, kerja? saya selalu ingat pesan itu untuk menjadikan Indonesia Hebat.

Bapak, sampean belum apa-apa sudah banyak memakan anggaran. semoga saja bukan milik kami (Negara). saya mendengar, Sound  sistem yang anda sewa untuk pengumuman Kabinet itu 30 Juta/hari. benar itu pak? Kalau benar, berapa hari? dan, berapa sewa tenda, keamanan dan semuanya? Belum lagi saya ingat ke 'pesta rakyat' 35% anda. Oh bapak, sebenarnya yang salah siapa?

Pak Jokowi, jika anda ingin menjadi presiden merakyat. Salah tempat kalau tunduknya pada Megawati. Dahulu, dia penjual aset negara yang sangat tidak Pro-rakyat. Anda seharusnya Tunduk pada rakyat. Rakyat yang sebagian besar tidak memilih anda. Ingat itu bapak.

Saya ingat, kalau PDIP itu tidak pernah menang dalam pertarungan Pilpres langsung. Mega-Hasyim dan Mega-Pro selalu kandas. Kalaupun Mega pernah duduk dikursi anda, itu hanya pertarungan oleh para elite di Parlemen. Bukan pilihan rakyat. buktinya, dua kali pilihan langsung, dia Tumbang. Makanya, wajar kalau PDIP merayakan kemenangan atas anda sebagai Presiden itu wajar. Dan, itu kader PDIP, bukan rakyat yang merayakan.

Bapak Jokowi, jangan selalu mengatas namakan kami. 65% disinggung, lama-lama anda bisa kres. Jangan anggap ini sebagai ancaman bapak. Sebab, kami tidak ingin Indonesia kacau. Indonesia Kacau, kami juga merasa malu dimata luar. Indonesia punya martabat bapak.

Bapak, saya mendengar anda memundurkan pengumuman kabinet, dan megawati melakukan Rapat 'intim'. Saya juga mendengar, anda berjumpa dengan pemilik Facebook, dan 'orang penting' amerika. Seberapa pentingkah anda mengurus faacebook?. Saya mendengar pidato anda 'Indonesia Untuk Indonesia', dan saya mendengar juga ada pidato 'Amerika for amerika'. kok bisa kebetulan sama ya bapak?

Dan, bapak Jokowi. saya tidak ingin mendengar, Indonesia Terjual, Papua kelaparan, Bali hanya sibuk ngurus budaya tanpa timbal balik yang jelas oleh pemerintah. Kami Ingin benar-benar Indonesia hebat untuk Indonesia. bukan kepada apa yang disampaikan Kwiek Kian Gie dahulu. Harapan besar ada dipundak anda bapak. dan, anda bertanggung jawab atas semua harapan tersebut.

Semoga Pak Jokowi membaca tulisan yang 'Bukan surat terbuka'. saya hanya menyampaikan, sebagai Rakyat yang peduli dan cinta tanah air. Terimakasih bapak. Wassalam


Addarori Ibnu Wardi

Kamis, 18 September 2014

Mengembalikan Citra Dangdut

Dangdut sudah bukan barang yang asing bagi masyarakat indonesia saat ini. Apalagi, musik yang biasa dikenal dengan musik rancaknya adalah ciri khas bangsa yang bernama Indonesia.

Akan tetapi, musik dangdut saat ini bergeser nilai. Yang asalnya ingin menyuguhkan keindahan musik, saat ini berubah menjadi tontonan yang hanya memperlihatkan "Keindahan" tubuh sang biduan. Pemerintah yang diharapkan bisa menjadi 'Payung' terhadap moral anak bangsa, justru malah terkesan 'mendukung' pegelaran musik seronok tersebut.

Ditinjau dari segi Moralitas masyarakat, musik dangdut era ini justru membuat masyarakat terutama anak muda (yang Notabene penerus Founding father) malah menjadi 'menggila'. Bagaimana tidak? Setiap pagelaran musik dangdut, aroma minuman keras begitu mudah tercium. Tawuran juga seakan menjadi ciri khas yang 'mem-budaya' pada konser dangdut.

Lalu, sekali lagi. Bagaimana sikap Pemerintah? Mari kita lihat bagaimana pagelaran TAJEMTRA 2014 (Tanggul Jember Traditional) yang biasa menjadi acara tahunan kabupaten Jember. Pada penutupan, masyarakat, khususnya masyarakat jember disuguhkan dengan acara musik dangdut yang penulis anggap acara seronok. Yang penulis soroti bukan pada musiknya. Akan tetapi, bagaimana 'Tampilan' acara yang disuguhkan. Pemkab Jember bukannya men-sensor acara tersebut, sebagai penanggung jawab justru malah melakukan pembiyaran.

Mungkin, hal ini bukan hanya terjadi dimasyarakat jember saja. Disemua kabupaten Se-Indonesia (bukan men-generalisir) sudah menjadi hal yang dianggap 'biasa'. Tampa melihat dampak selanjutnya bagaimana kepada para kader bangsa.

Harapan dari penulis disini, adalah bagaimana mengembalikan citra musik dangdut kepada masa dahulu. Musik dangdut benar-benar 'menjual' estetika musik dan suara. Peran pemerintah sangat diperlukan saat ini. Dan, mungkin bisa membuat UU yang melarang keras beredarnya acara yang sangat mengandung unsur Pornografi dan Pornoaksi

Peran masyarakat juga sangat diperlukan, bagaimana untuk saling menyadari dampak negatif tersebut. Dari tulisan Ainun Najib dalam buku Kiai Sudrun Menggugat, menjelaskan bagaimana Tradisi Sekaten Jogjakarta, yang notabene memperingati hari 'penting' umat Islam, justru menjadi tempat yang semacam ini juga.

Akhirnya, Musik yang menjadi ciri khas Indonesia ini buruk. Dan, secara otamatis juga, penilaian terhadap Moral Bangsa Indonesia yang katanya menganut paham ke-timuran juga menjadi Buruk.

Senin, 02 Juni 2014

SAUDARAKU



Entah karena apa saya tiba-tiba saja mengingat peristiwa beberapa tahun silam yang melanda keluarga khususnya adek saya pada hari senin tersebut entah tanggal dan tahunnya (lupa) adek saya kena setrum yang menyebabkan tangannya "rusak". ego saya terbuang jauh dan ingin mengalah kepada dia. ketika mengingat, saya tak tahan. jika melihat keadaan dia yang sudah cacat, perasaan saya hancur.

Peristiwa 'naas' tersebut terjadi disaat aba dan umi pergi kepasar berjualan. Aliran listrik tersebut hampir merenggut nyawanya. Saya masih mengingat bagaimana para tetangga yang datang menembus rintik hujan. Rumahku kelabu tanda berduka. aku yang pada waktu itu masih kanak-kanak hanya mampu menangis dan langsung lari tunggang langgang untuk menemui aba. saya tidak tahu harus berbuat apa, yang saya tahu hanya berlari secepat mungkin agar aba dan umi segera tahu hal ini. pada waktu itu dirumahku masih jarang yang menggunakan HP.

Dari dulu saya selalu ingin "bersaing" karena saya s elalu iri pada dia. seakan kasih sayang aba dan umi hanya ada untuk Mbak dan adek. Ini penyakit lama saya pada saudara (semoga Allah cepat menyembuhkan).

Allah menyadarkan saya dengan 'Konflik'. setelah sekian lama saya "beraksi" baru saya merasakan bagaimana pentingnya saudaara.

Ketika beberapa waktu ini adek saya mengeluh ingin dioperasi, saya hanya bisa 'diam' tanda 'lemah'. beberapa bulan yang lalu saya mencoba memriksakan tangan dia. awalnya saya yang selalu mendampingi karena memang saya yang mengurusi semua, sedikit senang karena ada harapan. Namun, kekecewaan bersambut saat kami berdua (aku dan adek) keluar dari ruang dokter. "mas, ini harus dirujuk kesurabaya jika mau di Operasi". kata-kata dokter itu selalu saya ingat dalam benak saya.

Dengan kejadian ini, saya menjadi paham. Saudara itu tak hanya sekedar 'orang' yang keluar dari rahim yang sama dengan saya. Saudara itu adalah orang yang akan selalu merangkul kita disaat susah, tersenyum disaat bahagia setelah Aba dan Umi. Saudara itu akan selalu menyadarkanku disaat dalam posisi keliru. Saudara tak hanya status yang tertulis di Kartu Keluarga (KK).

yah itulah Saudaraku yang mungkin baru aku sadari kalau mereka selalu sayang kepada kita setelah Aba dan Umi, dan pastinya melebihi seorang kekasih.

DOLLY MAU DITUTUP? Ini Catatan saya.!

Diberbagai media online yang saya baca, Kompas, Republika, Jawa Pos dl, ada rencana Penutupan Dolly. Tempat prostitusi terbesar Di Asia tenggara. Memang niat penutupan itu tak hanya bergulir saat ini, tapi sejak masa Kampanyr Pilgub jatim, pasangan Karwo-gus ipul sudah berkoar ingin segera menutup tempat 'maksiat' tersebut. Lalu kenapa 'Bola panas' justru ada pada bu risma? Walikota surabaya ini tak sejalan dengan pak Wakilnya. Dari bebagai Informasi yang didapat, banyak media yang sepertinya meng 'kompori' keduanya. Aroma politisasi semakin tercium saat ini. Yang akan saya tulis bukan persoalan politisasi-nya.

Akan tetapi kemungkinan Dampak yang akan terjadi, baik negatif maupun positif dari penutupan tersebut. Berkaca pada rencana penutupan lokalisasi 'Puger' yang ada dijember yang mana pada 2012 yang lalu saya pernah ikut dalam 'rembuk' kawan-kawan GMNI jember (meskipun tak sepenuhnya ikut) saya dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut. Rencana penutupan tersebut memang baik, namun, yang perlu dikhawatirkan adalah semakin menyebarnya tempat-tempat mesum. Terbukti ketika Pemkab Jember menutup 'sementara' pada waktu itu, ternyata para PSK justru mencari tempat2 lain. Bahkan ada yang mangkal ditempat-tempat yang banyak golongan pelajar. Ketika itu terjadi, maka dampak buruknya adalah Generasi selanjutnya. Lebih dari itu, proses pencegahan penyakit akibat dari seks bebas pun sulit untuk diatasi. Penyebabnya, jika tempat haram tersebut tetap ada, maka pelaku2 yang mau 'main' baik PSK maupun pengunjung akan mudah untuk di cek terlibih dahulu. Oleh sebab itu penyakit seperti HIV dan penyakit-penyakit yang ditimbulkan lebih mudah untuk dideteksi.

Pertumbuhan Lokalisasi pada waktu penutupan tersebut dijember mengakibatkan pertumbuhan 'baru' yang seperti jamur dimusim penghujan. Oleh sebabnya perlu difikirkan kembali. Kekhawatiran akan dampak ini bisa diminimalisir dengan menyediakan lapakangan pekerjaan yang layak pada para pelaku Lokalisasi. Jika tidak, maka 1 'keresahan' akan terbalas sekian banyak keresahan-keresahan baru, serta bukan hanya disatu tempat. Dan, ketidak siapan dalam hal ini justru akan menimbulkan Konflik di daerah tersebut. Pemerintah sah-sah saja menutup tempat-tempat lokalisasi, asalkan pemerintah juga harus menyiapkan solusi.

Dampak baiknya penutupan Lokalisasi sudah jelas, untuk mencegah kemungkaran. Dan dalam agama apapun dilarang hal tersebut. Dengan adanya tempat remang-remang tersebut memang salah satu penyebab utama Rusaknya Moral masyarakat. Ini juga wajib dipikirkan. Dan tempat-tempat seperti ini menjadi salah satu peyebaran Virus mematikan. Oleh sebab itu, perlu difikirkan kembali niatan penutupan tempat lokalisasi tersebut, agar niat dan tujuan sesuai dengan apa yang diinginkan. Memang tidak mudah dalam menangani masalah ini. Pemerintah menjadi dilema, ketegasan seorang pemimpin juga dibutuhkan. Tapi, dalam kasus ini, yang dibutuhkan bukan hanya ketegasan saja. Solusi menjadi Prihal Nomer satu.
<photo id="1" />

Senin, 07 April 2014

Pemuda Dalam Bingkai Politik



Tahun 2014 di Indonesia disebut sebagai tahun politik, dimana pada tahun ini secara serentak akan diselenggarakannya pemilu. Banyak Tokoh bermunculan di Media. Dipinggir jalan pepohonan penuh dengan gambar tebar pesona. Para calon Wakil rakyat mencoba menyapa masyarakat dengan senyum ‘mesra’ seakan sudah akrab.
Para aparatur negara dari tingkat PNS paling rendah hingga Pejabat Eksalon, dari Lurah hingga Presiden pada sibuk Cuti hanya untuk berkampanye. Dengan alasan mempunyai tanggung jawab untuk membesarkan partai karena merasa dibesarkan partai, mereka malah mengabaikan tugas kenegaraannya sebagai Pelayan Rakyat.
Keadaan ini diperparah dengan tidak adanya pendidikan politik yang jelas terhadap masyarakat. Mereka (masyarakat) diperkenalkan kepada Calon wakilnya menggunakan cara semau gue, bahkan Politik Uang menjadi begitu ‘Cantik’ dalam Roda Politik saat ini. Para calon seakan begitu ‘memukau’ karena Uang. Lalu, apa yang bisa diharapkan dengan Pesta Demokrasi?
Masyarakat sudah mengalami masa kejenuhan akan yang namanya ‘Politik’. Setelah era Reformasi, semakin lama semakin tidak percaya akan hasil Demokrasi. Sebab, produk demokrasi yang diharapkan dapat menjadi harapan terhadap kesejahteraan mereka dari ‘ganasnya’ Pemerintah Orde baru, malah justru tidak jelas, sehingga suara mereka harus dibeli.
Solusi yang mungkin saja sudah tidak asing lagi adalah ‘pendidikan politik’ yang baik kepada masyarakat. jika masyarakat sudah ‘tuli’ terhadap politik, perlu kiranya para Pemuda Indonesia khususnya Mahasiswa yang dibekali dengan Pendidikan Politik. Karena saat ini, para pemuda justru rawan masuk dalam ‘jebakan’ para pemilik ‘kepentingan’. Kita lihat saja fenomena kampus yang ada di Indonesia, para mahasiswa diajarkan politik yang jauh dari kata santun. Mereka dikotak-kotakan dengan adanya Organisasi extra kampus, bahkan sampai dibuat fanatik terhadap Organisasinya masing-masing. Puncaknya, saat Pemilu kampus, diajarkan politik Transaksional. Mahasiswa yang masih Baru akan dijadikan ‘mesin’ penarik massa, bahkan ada pula yang diajarkan menjadi ‘Makelar’ Politik.
Dalam dunia akademisi saja kita sudah ‘kecolongan’ dengan sistem perpolitikan yang ada saat ini. Bagaimana dengan masyarakat awam? Sedangkan masyarakat tak kalah besar kepada para pemuda untuk bisa menciptakan perubahan dari pada harapan ‘Produk Demokrasi”. Karenanya, kita para ‘orang-orang sadar’ perlu kiranya membuat sebuah Ide baru sebagai bentuk ‘pencerahan’.

Jumat, 21 Februari 2014

Saudaraku

Ntah karena apa saya tiba-tiba saja mengingat peristiwa beberapa tahun silam yang melanda keluarga khususnya adek saya pada hari senin tersebut entah tanggal dan tahunnya (lupa) adek saya kena setrum yang menyebabkan tangannya "rusak". ego saya terbuang jauh dan ingin mengalah kepada dia. ketika mengingat, saya tak tahan. jika melihat keadaan dia yang sudah cacat, perasaan saya hancur.

Peristiwa 'na'as' tersebut terjadi disaat aba dan umi pergi kepasar berjualan. Aliran listrik tersebut hampir merenggut nyawanya. Saya masih mengingat bagaimana para tetangga yang datang menembus rintik hujan. Rumahku kelabu tanda berduka. aku yang pada waktu itu masih kanak-kanak hanya mampu menangis dan langsung lari tunggang langgang untuk menemui aba. saya tidak tahu harus berbuat apa, yang saya tahu hanya berlari secepat mungkin agar aba dan umi segera tahu hal ini. pada waktu itu dirumahku masih jarang yang menggunakan HP.

Dari dulu saya selalu ingin "bersaing" karena saya s elalu iri pada dia. seakan kasih sayang aba dan umi hanya ada untuk Mbak dan adek. Ini penyakit lama saya pada saudara (semoga Allah cepat menyembuhkan).

Allah menyadarkan saya dengan 'Konflik'. setelah sekian lama saya "beraksi" baru saya merasakan bagaimana pentingnya saudaara.

Ketika beberapa waktu ini adek saya mengeluh ingin dioperasi, saya hanya bisa 'diam' tanda 'lemah'. beberapa bulan yang lalu saya mencoba memriksakan tangan dia. awalnya saya yang selalu mendampingi karena memang saya yang mengurusi semua, sedikit senang karena ada harapan. Namun, kekecewaan bersambut saat kami berdua (aku dan adek) keluar dari ruang dokter. "mas, ini harus dirujuk kesurabaya jika mau di Operasi". kata-kata dokter itu selalu saya ingat dalam benak saya.

Dengan kejadian ini, saya menjadi paham. Saudara itu tak hanya sekedar 'orang' yang keluar dari rahim yang sama dengan saya. Saudara itu adalah orang yang akan selalu merangkul kita disaat susah, tersenyum disaat bahagia setelah Aba dan Umi. Saudara itu akan selalu menyadarkanku disaat dalam posisi keliru. Saudara tak hanya status yang tertulis di Kartu Keluarga (KK).

yah itulah Saudaraku yang mungkin baru aku sadari kalau mereka selalu sayang kepada kita setelah Aba dan Umi, dan pastinya melebihi seorang kekasih.