Pages

Selasa, 30 April 2013

HARI INI ; IRONI


12-02-2013 di DPC GmnI


Sore menjelang malam sekitar jam 04.30 Wib aku pulang ke kontrakan. Kontrakan yang aku maksud bukan aku ngontrak sediri, tapi aku menempati kantor DPC Organisasiku, ya bisa dibilang numpang tidur gitu.
Pada waktu pulang aku bareng salah satu sahabatku di radio. Namanya Hasibuddin, tapi kalau lagi nyiarin nama udara dia itu "Udin", entah apa alasannya. Beda denganku, aku tetap menggunakan nama "Addarori", karena aku sangat bangga dengan nama asli dari Ortuku. Tapi akhir-akhir ini aku tambah nama "Tan" di depan Addarori dan menjadi "Tan Addarori". Aku terinsipirasi dari nama seorang tokoh yang katanya Komunis Indonesia dan menjadi Pahlawan yang terlupakan yaitu "Tan Malaka". Meskipun aku belum pernah membaca tulisannya atau buku-buku karangan dia yang asli, karena memang sulit aku bisa dibilang sangat mengidolakannya karena Aku memang sedikit membaca literatur-literatur tentang beliau dan juga hasil informasi dari senior-seniorku dan juga orang-orang ketika share bersama. Yang aku ingat pendapat Tan Malaka salah satunya mengenai sistem "Demokrasi" di Indonesia yaitu "Kebenaran = X 400". Artinya, Kebenaran X 400 = Benar, Kesalahan X 400 = Benar, Kebohongan X 400 = Benar, dan hal – hal yang dikalikan 400 yang lain maka hasilnya akan "Benar" atau lebih tepatnya "Pembenaran". Itulah sistem demokrasi yang salah dan kata beberapa seniorku di Organisasi katanya tidak sama dengan konsep yang diajarkan oleh Soekarno.
Jam 05.00 kurang lebih aku tiba di tempatku (DPC). Santai sejenak dan setelah itu aku membasuh beras untuk dimasak. Kira – kira "Membasuh beras" bahasanya benar atau tidak ya? Entahlah. Lalu akupun memenuhi panggilan Allah yang Insya Allah, Allah sepertinya marah padaku, karena aku sedang melakukan PDKT "Pendekatan" padanya. Namun, aku telat menyapa – Nya disore hari (Shalat Ashar) bahkan sampai mepet Maghrib.
Selesai shalat ashar auku kembali kedepan TV karena memang dari tadi aku sebelum shalat sudah nyalain TV. Namun, aku sedikit kesal karena kilometer listrik dikantorku selalu nyeglek (Mati sendiri bukan Padam), padahal aku lagi asik menonton senetron kesukaanku Di RCTI yang mana pemerannya itu Cristian Sogiono dan juga Alysa Sobandono. Judul senetronnya "Yang Muda Yang bercinta". Beberapakali aku bolak – balik ke kilometer. Dan ternyata pemyebab dari semua ini adalah sifat "Tamak" ku. Bagaimana tidak mau dikatakan tamak, wong kekuatan kilometernya 450 Watt, sedangkan aku menyalakan semua lampu, TV, serta Magic Com untuk memasak nasi secara bersamaan. Makanya, kilometernya tidak kuat. Akhirnya aku matikan semua lampu, karena aku memang tidak bisa meninggalkan senetron favoritku itu, dan disisi lain menunggu nasi masak. Temen – temenku banyak yang bilang aku kayak ibu – ibu alay, karena aku suka nonton senetron itu.
Aroma nasi menunjukkan tanda sudah matang dan siap untuk disantap. Akupun cepat – cepat mencabut stop kontak yang untuk magic comitu serta segera menyalakan semua lampu – lampu. Setelah itu bertepatan dengan Sponsor di senetron itu aku keluar berangkat membeli 2 butir telur. Oh.. ternyata..!! telur sekarang di sekitar tempatku naik. Ya untuk ukuran kantongku cukup meregoh kocek agak dalam. Apakah hal ii disebabkan oleh kelangkaan Solar? Sehingga semua pendistribusian barang termasuk pendistribusian pakan ternak sulit, sehingga pakan ternak menjadi sulit dicari oleh para peternak telur untuk membeli. Bahkan bahan pokok yang lainpun menjadi sulit pendistribusiannya. Dan akibatnya, barang – barang harganya menjadi naik termasuk pakan ternak tadi, dan telurpun ikutan naik. Bahkan ketika aku mau membeli Mie yang biasa aku beli harganya naik kurang – lebih 25%.
Memang menurut konsep Ekonomi, semakin langka barang kebutuhan semakin tinggi harganya dan kebutuhan terhadap barang tersebut semakin meningkat. Apa memang Pemerintah ingin menciptakan sistem yang membuat masyarakat ketergantungan? Karena semua kendaran untuk muatan yang 80% menggunakan solar. Atau memang pedagang yang ingin keuntungan lebih? Entahlah, tapi itu sepertinya tidak mungkin. Karena apabila pedagang menaikan harga, pembeli menjadi enggan untuk membeli. Dan apabila pedagang ingin keuntungan lebih tidak mungkin naiknya secara serentak.
Setelah itu akupun menggoreng 1 butir telur untuk makan malam, dan yang 1 lagi aku sediakan untuk besok pagi. Seandainya bisa, aku masak separo butir untuk makan malam ini agar lebih irit mengingat harganya cuup mahal.
Dan dari sini aku disadarkan, ternyata untuk menjadi Anak Ummi itu cukup sulit. Terbiasa hidup dengan Aba dan Ummi di rumah dan tidak terbiasa masak serta mencuci baju sendiri merasakan sulitnya Ummi ketika melakukan aktivitas sepertiku, apalgi ketika aku dirumah. Yang pasti akan menambah pekerjaan beliau dengan tambahan porsi perut dan pakaianku selain aktivitas lain dirumah. Benar memang bagiku kalau surge ada di telapak kaki Ummi, karena melihat dari pengorbanan beliau maskipun hal itu hanya gambaran kecil dari peran Ummi yang sebenarnya lebih besar, apalagi saat melahirkan. Dan menjadi sebuah kaharusan bagiku untuk memberikan sedikit senyum pada ummi, karena mengganti jasanya adalah hal yang mustahil bagiku.
Tibalah pada sesi makan. Aku disini makan sendirian, dan kali ini aku merasakan sesuatu yang kurang, kareana aku terbiasa makan bersama keluarga ketika dirumah meskipun aku sebenarnya sudah dari semester I yang hidup tanpa ortu di Pamekasan. Aku makan setelah selesai shalat maghrib karena berusaha untuk tidak telat lagi. Dan senetron yang aku tonton sedari tadi sudah selesai / Bersambung. Setelah itu aku mengganti chanel ke acara Pesbukers dan juga Hitam Putih. Aku menilai kalau Pesbukers untuk dijadikan Hiburan, sedangkan Hitam Putih untuk dijadikan sebagai salah satu bahan pelajaran atau inspirasi.
Dan Adzan isya'pun berkumandang, sedangkan aku masih nyaman di depan TV. Selang beberapa telfonku berbunyi. Setelah diangkat ternyata adekku Nofil yang menelfonku untuk memberitahu bahwa dia dan nom Ilyas ada di arek lancor. Dan mereka nanya tempat tinggalku disini karean mau mampir. Dan aku memberitahu alamatku di Jl.Segara No.81 deket SMP4 Pamekasan. Namun, mereka tidak mengerti. Dan akupun memberikan alamat yang menurutku lebih mudah dimengerti, yaitu Gaden ke selatan dan saya akan tunggu dipinggir jalan. Merekapun mengiyakan tanda bahwa mereka paham katanya. Aku percaya kalau mereka paham, Karen memang lebih mudah untuk mencari alamat yang terakhir aku kasikan tadi menurutku.
Bergegas tak menunggu lama aku berangkat ketempat di depan SMP4 untuk menunggu mereka dating. Namun, sekitar 20 menit aku menunggu mereka, tapi mereka tidak kunjung datang. Sms dan Telfonku gak direspon. Akhirnya selang beberapa menit kemudian, akhirnya telfonku diangkat. Dan mereka memberitahuku bahwa ada di depan Indophone yang ada di Pareteker. Ternyata mereka salah jalan karena bukan gaden yang mereka lewati. Aku menyuruh ke selatan Indophone masuk ke Gang yang kebarat, dan aku berlari menuju ke mereka. Lagi – lagi mereka salah jalan. Kali ini mereka masuk ke Gang yang ketempatku. Aku suruh mereka kembali kedepan indophone saja biar gak tambah tersesat.
Akhirnya aku bertemu dengan mereka tepat ketika mereka keluar dari Gang yang menyesatkan itu. Kamipun bersama – sama ke tempatku.
Aku menilai halnya hal ini menjadi pelajaran hidup. Dimana setiap orang jika ingin menggapai sesuatu itu harus mempunyai ilmunya bagaimana agar kita bisa menggapai hal tersebut. Karena, apabila kita tidak mempunyai ilmu untuk menggapai yang kita inginkan atau kita cita – citakan dan menggunakan teori “sok tau” kemungkinan untuk sesat sangatlah besar. Jadi, agar tidak sesat maka kita harus mengetahui ilmunya. Dan kalimat “Iqra”  sangatlah benar jika kita ingin mencari ilmu yang ingin kita gapai.
Sampai sudah ditempatku, dan mereka mengatakan kalimat lapar padaku. Dan aku antar nom Ilyas untuk membeli 2 bungkus nasi untuk dia dan Nofil, karena aku memang baru selesai makan. Aku dan nom Ilyas juga membeli 3 sachet kopi untuk dibuat nyantai. Merekapun makan dan aku menyiapkan kopi untuk kita semua. Dan setelah itu beberapa menit kami berbincang – bincang kesana kemari.
20.22 Wib jam di Hpku terlihat, dan mereka pamit untuk pulang. Aku mengantarkan mereka ke depan pintu. Setelah itu uku menonton TV lagi, dan acara yang aku tonton kali ini OVJ. Selang beberapa menit aku membaca literatur tentang pendidikan. Dan kebetulan bab yang aku baca Bab Pengantar juga Bab I, disitu dijelaskan sejarah pendidikan.
Memang yang saya baca masih seputar Mesir Purba dan India Purba. Namun, pikiranku sedikit timbul pertanyaan mengenai carut – marut pendidikan Indonesia saat ini, apalagi mengenai UN tahun ini. Apakah ada yang salah dengan sejarah pendidikan? Sepetinya sejarah pendidikan tidak seburuk dengan apa yang terjadi saat ini, malah bisa dikatakan sangatlah baik pendidikan tempo dulu.
Beberapa sejarah pendidikan menjelaskan bahwa sistem pendidikan pada sejarah selali memberikan pendidikan sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan juga latar belakang. Bukan malah diberikan Standard Nasional seperti yang ada di Indonesia dengan UN yang dibuat oleh menteri pendidikan dan kebudayaan (MENDIKBUD).
Memang, tidaklah sempurna sistem pendidikan jika harus melihat latar belakang karena dalam UU di Indonesia pendidikan itu harus bisa dinikmati oleh semua Masyarakat yang ada di Negara ini. Namun bukan hal ini yang harus kita jadikan cermin dari sejarah itu. Tapi, standard yang dibuat itu yang harus dijadikan sebuah pelajaran. Karena, tidaklah sama metode, kualitas dan kemampuan perdaerah, bahkan perlembaga. Lalu, kenapa ujiannya harus dibuat dari produk yang katanya standard yang sama? Belum lagi kegalan – kegalan lain dalam proses penyelenggaraan yang lain yang tidak aku sebutkan semua. Mungkin lebih baiknya dari pada uang 200 M  yang katanya untuk anggaran di Jawa Timur saja untuk anggaran UN, aku lebih seutuju kalau dana tersebut dialokasikan pada penyetaraan lembaga saja. Misalnya peningkatan Fasilitas, dan Tenaga dan bahkan kalau perlu dibuatlah standard nasional agar lebih baik. Karena menurutku, pendidikan yang kulitasnya baik sangatlah tidak merata. Mengacu pada UU tentang semua warga negara harus mendapatkan hak pendidikan yang sama, maka bukan hanya sekedar pendidikan saja yang harus warga negara cicipi secara merata. Tapi, dengan  kualitasnyapun harus merata.
Beberapa Media akhir – akhir ini selalu menyajikan Headline News mengenai kegagalan UN. Bahkan, tidak sedikit beberapa siswa di Indonesia Stres gara – gara UN. Bagaimana tidak, siswa akan menghadapi “Ujian” Nasional, yang katanya Stand Up Comedy “Ujian = Cobaan, ya streslah. Ujian/cobaan datang dari Tuhan dan diturunkan kepada Orang – orang yang dianggap mampu untuk menghadapi dan menerimanya. Nah, ujian di sini dibuat oleh negara yang notabene bukan Tuhan malah lebih sulit dari pada Ujiannya Tuhan. Tuhan tidak memberikan standard kepada manusia, lalu kenpa negara berani? Mungkin itu hanya Candaan dari Stand Up Comedy, namun dari candaan itu mungkin kita dapat pelajaran. Dan makanya setelah kita lihat bersama, yang menjawab ujian tersebut bukanlah murid, melainkan pihak lembaga dan guru.
Setujulah kiranya jika sistem pendidikan di Indonesia perlu diganti. Karena dengan sistem yang ada saat ini Guru kehilangan satu peran penting, yaitu peran sebagai pendidik. Karena guru mempunyai Dwi fungsi besar disamping fungsi – fungsi yang lain, yakni Mengajar dan Mendidik. Benar apa yang ada dalam Blognya yang tulisannya itu diterbitkan menjadi buku dengan judul “Pendidikan Dalam Himpitan Goggle dan Bimbel” bahwa dengan sistem pendidikan yang ada saat ini murid menjadi “Prakmatis”. Ya karena, sistem yang menurutku salah para anak didik belajar hanya karena menginginkan Nilai yang bagus, Lulus UN dan PT, Dll. Namun, mereka mengesampingkan Implikasi dari ilmu yang mereka dapatkan, sehingga mereka memilih jalus yang praktis dan dianggap cepat, tepat untuk menghadapi yang kata mereka sebuah “Problem”.
Semoga semua ini menjadi sebuah pembelajaran untuk kita bagaimana kita untuk membenahi hal – hal yang kurang benar. Karena begitu banyak yang perlu adanya pembenahan saat ini.
Mataku cukup lelah sedaro tadi membaca buku. Dan, kini buku itu aku tutup kembali berharap semoga menjadi mendapatkan pelajaran positif dari semua yang aku baca dan pelajari. Sambil santai ditemani beberapa acara televisi aku mencoba tuangkan semua yang ada di kepalaku pada oretan – oretan kecil ini. Aku sadar, anak Ummi belum mampu menulis dengan baik. Dan tulisan anak Ummi sepertinya ngalor – ngidul tanpa arah. Namun, semoga mendapatkan hal yang positif tulisan ini.
Tubuh anak Ummi sudah lelah, mulai dari mata, tangan dan semuanya sudah kaku untuk beraktivitas dan anak ummi menyudahinya. Lalu aku menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu’ karena mau shalat isya’. Lalu setelah shalat, akupun berharap mata ini cepat tertutup agar esok hari bisa menyambut hari dengan keadaan sehat, dan juga bisa menjalani hari dengan baik dan positif. Amien ya Rabb..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar