12-02-2013 di DPC GmnI
Sore
menjelang malam sekitar jam 04.30 Wib aku pulang ke kontrakan. Kontrakan yang
aku maksud bukan aku ngontrak sediri, tapi aku menempati kantor DPC
Organisasiku, ya bisa dibilang numpang tidur gitu.
Pada waktu
pulang aku bareng salah satu sahabatku di radio. Namanya Hasibuddin, tapi kalau
lagi nyiarin nama udara dia itu "Udin", entah apa alasannya. Beda
denganku, aku tetap menggunakan nama "Addarori", karena aku sangat
bangga dengan nama asli dari Ortuku. Tapi akhir-akhir ini aku tambah nama
"Tan" di depan Addarori dan menjadi "Tan Addarori". Aku
terinsipirasi dari nama seorang tokoh yang katanya Komunis Indonesia dan menjadi
Pahlawan yang terlupakan yaitu "Tan Malaka". Meskipun aku belum
pernah membaca tulisannya atau buku-buku karangan dia yang asli, karena memang
sulit aku bisa dibilang sangat mengidolakannya karena Aku memang sedikit
membaca literatur-literatur tentang beliau dan juga hasil informasi dari
senior-seniorku dan juga orang-orang ketika share bersama. Yang aku ingat
pendapat Tan Malaka salah satunya mengenai sistem "Demokrasi" di
Indonesia yaitu "Kebenaran = X 400". Artinya, Kebenaran X 400 =
Benar, Kesalahan X 400 = Benar, Kebohongan X 400 = Benar, dan hal – hal yang
dikalikan 400 yang lain maka hasilnya akan "Benar" atau lebih
tepatnya "Pembenaran". Itulah sistem demokrasi yang salah dan kata
beberapa seniorku di Organisasi katanya tidak sama dengan konsep yang diajarkan
oleh Soekarno.
Jam 05.00
kurang lebih aku tiba di tempatku (DPC). Santai sejenak dan setelah itu aku
membasuh beras untuk dimasak. Kira – kira "Membasuh beras" bahasanya
benar atau tidak ya? Entahlah. Lalu akupun memenuhi panggilan Allah yang Insya
Allah, Allah sepertinya marah padaku, karena aku sedang melakukan PDKT
"Pendekatan" padanya. Namun, aku telat menyapa – Nya disore hari
(Shalat Ashar) bahkan sampai mepet Maghrib.
Selesai
shalat ashar auku kembali kedepan TV karena memang dari tadi aku sebelum shalat
sudah nyalain TV. Namun, aku sedikit kesal karena kilometer listrik dikantorku
selalu nyeglek (Mati sendiri bukan Padam), padahal aku lagi asik menonton
senetron kesukaanku Di RCTI yang mana pemerannya itu Cristian Sogiono dan juga
Alysa Sobandono. Judul senetronnya "Yang Muda Yang bercinta".
Beberapakali aku bolak – balik ke kilometer. Dan ternyata pemyebab dari semua
ini adalah sifat "Tamak" ku. Bagaimana tidak mau dikatakan tamak,
wong kekuatan kilometernya 450 Watt, sedangkan aku menyalakan semua lampu, TV,
serta Magic Com untuk memasak nasi secara bersamaan. Makanya, kilometernya
tidak kuat. Akhirnya aku matikan semua lampu, karena aku memang tidak bisa
meninggalkan senetron favoritku itu, dan disisi lain menunggu nasi masak. Temen
– temenku banyak yang bilang aku kayak ibu – ibu alay, karena aku suka nonton
senetron itu.
Aroma nasi
menunjukkan tanda sudah matang dan siap untuk disantap. Akupun cepat – cepat
mencabut stop kontak yang untuk magic comitu serta segera menyalakan semua
lampu – lampu. Setelah itu bertepatan dengan Sponsor di senetron itu aku keluar
berangkat membeli 2 butir telur. Oh.. ternyata..!! telur sekarang di sekitar
tempatku naik. Ya untuk ukuran kantongku cukup meregoh kocek agak dalam. Apakah
hal ii disebabkan oleh kelangkaan Solar? Sehingga semua pendistribusian barang termasuk
pendistribusian pakan ternak sulit, sehingga pakan ternak menjadi sulit dicari
oleh para peternak telur untuk membeli. Bahkan bahan pokok yang lainpun menjadi
sulit pendistribusiannya. Dan akibatnya, barang – barang harganya menjadi naik
termasuk pakan ternak tadi, dan telurpun ikutan naik. Bahkan ketika aku mau
membeli Mie yang biasa aku beli harganya naik kurang – lebih 25%.
Memang
menurut konsep Ekonomi, semakin langka barang kebutuhan semakin tinggi harganya
dan kebutuhan terhadap barang tersebut semakin meningkat. Apa memang Pemerintah
ingin menciptakan sistem yang membuat masyarakat ketergantungan? Karena semua
kendaran untuk muatan yang 80% menggunakan solar. Atau memang pedagang yang
ingin keuntungan lebih? Entahlah, tapi itu sepertinya tidak mungkin. Karena
apabila pedagang menaikan harga, pembeli menjadi enggan untuk membeli. Dan
apabila pedagang ingin keuntungan lebih tidak mungkin naiknya secara serentak.
Setelah itu
akupun menggoreng 1 butir telur untuk makan malam, dan yang 1 lagi aku sediakan
untuk besok pagi. Seandainya bisa, aku masak separo butir untuk makan malam ini
agar lebih irit mengingat harganya cuup mahal.
Dan dari
sini aku disadarkan, ternyata untuk menjadi Anak Ummi itu cukup sulit. Terbiasa
hidup dengan Aba dan Ummi di rumah dan tidak terbiasa masak serta mencuci baju
sendiri merasakan sulitnya Ummi ketika melakukan aktivitas sepertiku, apalgi
ketika aku dirumah. Yang pasti akan menambah pekerjaan beliau dengan tambahan
porsi perut dan pakaianku selain aktivitas lain dirumah. Benar memang bagiku kalau
surge ada di telapak kaki Ummi, karena melihat dari pengorbanan beliau maskipun
hal itu hanya gambaran kecil dari peran Ummi yang sebenarnya lebih besar,
apalagi saat melahirkan. Dan menjadi sebuah kaharusan bagiku untuk memberikan
sedikit senyum pada ummi, karena mengganti jasanya adalah hal yang mustahil
bagiku.
Tibalah
pada sesi makan. Aku disini makan sendirian, dan kali ini aku merasakan sesuatu
yang kurang, kareana aku terbiasa makan bersama keluarga ketika dirumah
meskipun aku sebenarnya sudah dari semester I yang hidup tanpa ortu di
Pamekasan. Aku makan setelah selesai shalat maghrib karena berusaha untuk tidak
telat lagi. Dan senetron yang aku tonton sedari tadi sudah selesai /
Bersambung. Setelah itu aku mengganti chanel ke acara Pesbukers dan juga Hitam
Putih. Aku menilai kalau Pesbukers untuk dijadikan Hiburan, sedangkan Hitam
Putih untuk dijadikan sebagai salah satu bahan pelajaran atau inspirasi.
Dan Adzan
isya'pun berkumandang, sedangkan aku masih nyaman di depan TV. Selang beberapa
telfonku berbunyi. Setelah diangkat ternyata adekku Nofil yang menelfonku untuk
memberitahu bahwa dia dan nom Ilyas ada di arek lancor. Dan mereka nanya tempat
tinggalku disini karean mau mampir. Dan aku memberitahu alamatku di Jl.Segara
No.81 deket SMP4 Pamekasan. Namun, mereka tidak mengerti. Dan akupun memberikan
alamat yang menurutku lebih mudah dimengerti, yaitu Gaden ke selatan dan saya
akan tunggu dipinggir jalan. Merekapun mengiyakan tanda bahwa mereka paham
katanya. Aku percaya kalau mereka paham, Karen memang lebih mudah untuk mencari
alamat yang terakhir aku kasikan tadi menurutku.
Bergegas
tak menunggu lama aku berangkat ketempat di depan SMP4 untuk menunggu mereka
dating. Namun, sekitar 20 menit aku menunggu mereka, tapi mereka tidak kunjung
datang. Sms dan Telfonku gak direspon. Akhirnya selang beberapa menit kemudian,
akhirnya telfonku diangkat. Dan mereka memberitahuku bahwa ada di depan
Indophone yang ada di Pareteker. Ternyata mereka salah jalan karena bukan gaden
yang mereka lewati. Aku menyuruh ke selatan Indophone masuk ke Gang yang
kebarat, dan aku berlari menuju ke mereka. Lagi – lagi mereka salah jalan. Kali
ini mereka masuk ke Gang yang ketempatku. Aku suruh mereka kembali kedepan indophone
saja biar gak tambah tersesat.
Akhirnya
aku bertemu dengan mereka tepat ketika mereka keluar dari Gang yang menyesatkan
itu. Kamipun bersama – sama ke tempatku.
Aku menilai
halnya hal ini menjadi pelajaran hidup. Dimana setiap orang jika ingin menggapai
sesuatu itu harus mempunyai ilmunya bagaimana agar kita bisa menggapai hal
tersebut. Karena, apabila kita tidak
mempunyai ilmu untuk menggapai yang kita inginkan atau kita cita – citakan dan
menggunakan teori “sok tau” kemungkinan untuk sesat sangatlah besar. Jadi, agar
tidak sesat maka kita harus mengetahui ilmunya. Dan kalimat “Iqra” sangatlah benar jika kita ingin mencari ilmu
yang ingin kita gapai.
Sampai sudah ditempatku, dan mereka mengatakan kalimat lapar padaku. Dan
aku antar nom Ilyas untuk membeli 2 bungkus nasi untuk dia dan Nofil, karena
aku memang baru selesai makan. Aku dan nom Ilyas juga membeli 3 sachet kopi
untuk dibuat nyantai. Merekapun makan dan aku menyiapkan kopi untuk kita semua.
Dan setelah itu beberapa menit kami berbincang – bincang kesana kemari.
20.22 Wib jam di Hpku terlihat, dan mereka pamit untuk pulang. Aku
mengantarkan mereka ke depan pintu. Setelah itu uku menonton TV lagi, dan acara
yang aku tonton kali ini OVJ. Selang beberapa menit aku membaca literatur
tentang pendidikan. Dan kebetulan bab yang aku baca Bab Pengantar juga Bab I,
disitu dijelaskan sejarah pendidikan.
Memang yang saya baca masih seputar Mesir Purba dan India Purba. Namun,
pikiranku sedikit timbul pertanyaan mengenai carut – marut pendidikan Indonesia
saat ini, apalagi mengenai UN tahun ini. Apakah ada yang salah dengan sejarah
pendidikan? Sepetinya sejarah pendidikan tidak seburuk dengan apa yang terjadi
saat ini, malah bisa dikatakan sangatlah baik pendidikan tempo dulu.
Beberapa sejarah pendidikan menjelaskan bahwa sistem pendidikan pada
sejarah selali memberikan pendidikan sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan
juga latar belakang. Bukan malah diberikan Standard Nasional seperti yang ada
di Indonesia dengan UN yang dibuat oleh menteri pendidikan dan kebudayaan
(MENDIKBUD).
Memang, tidaklah sempurna sistem pendidikan jika harus melihat latar
belakang karena dalam UU di Indonesia pendidikan itu harus bisa dinikmati oleh
semua Masyarakat yang ada di Negara ini. Namun bukan hal ini yang harus kita
jadikan cermin dari sejarah itu. Tapi, standard yang dibuat itu yang harus
dijadikan sebuah pelajaran. Karena, tidaklah sama metode, kualitas dan
kemampuan perdaerah, bahkan perlembaga. Lalu, kenapa ujiannya harus dibuat dari
produk yang katanya standard yang sama? Belum lagi kegalan – kegalan lain dalam
proses penyelenggaraan yang lain yang tidak aku sebutkan semua. Mungkin lebih
baiknya dari pada uang 200 M yang
katanya untuk anggaran di Jawa Timur saja untuk anggaran UN, aku lebih seutuju
kalau dana tersebut dialokasikan pada penyetaraan lembaga saja. Misalnya
peningkatan Fasilitas, dan Tenaga dan bahkan kalau perlu dibuatlah standard
nasional agar lebih baik. Karena menurutku, pendidikan yang kulitasnya baik
sangatlah tidak merata. Mengacu pada UU tentang semua warga negara harus
mendapatkan hak pendidikan yang sama, maka bukan hanya sekedar pendidikan saja
yang harus warga negara cicipi secara merata. Tapi, dengan kualitasnyapun harus merata.
Beberapa Media akhir – akhir ini selalu menyajikan Headline News mengenai
kegagalan UN. Bahkan, tidak sedikit beberapa siswa di Indonesia Stres gara –
gara UN. Bagaimana tidak, siswa akan menghadapi “Ujian” Nasional, yang katanya
Stand Up Comedy “Ujian = Cobaan, ya streslah. Ujian/cobaan datang dari Tuhan
dan diturunkan kepada Orang – orang yang dianggap mampu untuk menghadapi dan
menerimanya. Nah, ujian di sini dibuat oleh negara yang notabene bukan Tuhan
malah lebih sulit dari pada Ujiannya Tuhan. Tuhan tidak memberikan standard
kepada manusia, lalu kenpa negara berani? Mungkin itu hanya Candaan dari Stand
Up Comedy, namun dari candaan itu mungkin kita dapat pelajaran. Dan makanya
setelah kita lihat bersama, yang menjawab ujian tersebut bukanlah murid,
melainkan pihak lembaga dan guru.
Setujulah kiranya jika sistem pendidikan di Indonesia perlu diganti. Karena
dengan sistem yang ada saat ini Guru kehilangan satu peran penting, yaitu peran
sebagai pendidik. Karena guru mempunyai Dwi fungsi besar disamping fungsi –
fungsi yang lain, yakni Mengajar dan Mendidik. Benar apa yang ada dalam Blognya
yang tulisannya itu diterbitkan menjadi buku dengan judul “Pendidikan Dalam
Himpitan Goggle dan Bimbel” bahwa dengan sistem pendidikan yang ada saat ini
murid menjadi “Prakmatis”. Ya karena, sistem yang menurutku salah para anak didik
belajar hanya karena menginginkan Nilai yang bagus, Lulus UN dan PT, Dll.
Namun, mereka mengesampingkan Implikasi dari ilmu yang mereka dapatkan,
sehingga mereka memilih jalus yang praktis dan dianggap cepat, tepat untuk
menghadapi yang kata mereka sebuah “Problem”.
Semoga semua ini menjadi sebuah pembelajaran untuk kita bagaimana kita
untuk membenahi hal – hal yang kurang benar. Karena begitu banyak yang perlu
adanya pembenahan saat ini.
Mataku cukup lelah sedaro tadi membaca buku. Dan, kini buku itu aku tutup
kembali berharap semoga menjadi mendapatkan pelajaran positif dari semua yang
aku baca dan pelajari. Sambil santai ditemani beberapa acara televisi aku
mencoba tuangkan semua yang ada di kepalaku pada oretan – oretan kecil ini. Aku
sadar, anak Ummi belum mampu menulis dengan baik. Dan tulisan anak Ummi
sepertinya ngalor – ngidul tanpa arah. Namun, semoga mendapatkan hal yang
positif tulisan ini.
Tubuh anak Ummi sudah lelah, mulai dari mata, tangan dan semuanya sudah
kaku untuk beraktivitas dan anak ummi menyudahinya. Lalu aku menuju kamar mandi
untuk mengambil wudhu’ karena mau shalat isya’. Lalu setelah shalat, akupun
berharap mata ini cepat tertutup agar esok hari bisa menyambut hari dengan
keadaan sehat, dan juga bisa menjalani hari dengan baik dan positif. Amien ya
Rabb..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar