Pages

Kamis, 03 Maret 2016

Pidato Soekarno Tentang Perjuangan

JAWABAN untuk Tere Liye yang tidak paham sejarah.

Pidato Bung Karno yang dicatat dalam Arsip Negara dikutip dari Buku "Revolusi Belum Selesai", dibuat tanggal 13 Februari 1966.  Berikut isi Pidato Bung Karno, di depan Front Nasional di Istora Senayan : 

"...Nah ini saudara-saudara, sejak dari saya umur 25 tahun, saya sudah bekerja mati-matian untuk samenbundeling  (penggabungan)  semua revolutionaire krachten  (kekuatan revolusioner) buat Indonesia ini. Untuk menggabungkan menjadi satu semua aliran-aliran, golongan-golongan, tenaga-tenaga revolusioner di dalam kalangan bangsa Indonesia. Dan sekarang pun usaha ini masih terus saya jalankan dengan karunia Allah S W T. Saya sebagai Pemimpin Besar Revolusi, sebagai Kepala Negara, sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, saya harus berdiri bukan saja di atas semua golongan, tetapi sebagai ku katakan tadi, berikhtiar untuk mempersatuan semua golongan.

Ya golongan Nas, ya golongan A, ya golongan Kom. Kita punya kemerdekaan sekarang ini, Saudara-saudara, hasil daripada keringat dan darah, ya Nas, ya A, ya Kom. Jangan ada satu golongan berkata, ooh, ini kemerdekaan hanya hasil perjuangan kami Nas saja. Jangan ada satu golongan berkata, ooh, ini kemerdekaan adalah hasil daripada perjuangan-perjuangan kami A saja. Jangan pula ada golongan  yang berkata, kemerdekaan ini adalah hasil daripada perjuangan kami, golongan Kom saja.

 Tidak .Sejak aku masih muda belia, Saudara-saudara, aku melihat bahwa golongan-golongan ini semuanya, semuanya membanting tulang, berjuang, bahkan berkorban untuk kemerdekaan Indonesia. Saya sendiri adalah Nas, tapi aku, demi Allah, tidak akan berkata kemerdekaan ini hanya hasil dari pada perjuangan Nas. Aku pun orang agama, bisa dimasukkan dalam golonban A, ya pak Saifuddin Zuhri, saya ini ? Malahan, saya ini oleh dunia Islam internasional diproklamir menjadi  Pahlawan Islam dan Kemerdekaan. Tetapi demi Allah, demi Allah, demi Allah SWT, tidak akan saya berkata bahwa perjuangan kita ini, hasil perjuangan kita, kemerdekaan ini adalah hasil perjuangan daripada A saja.

 Demikian pula aku tidak akan mau menutup mata bahwa golongan Kom, masya Allah, Saudara-saudara, urunannya, sumbangannya, bahkan korbannya untuk kemerdekaan bukan main besarnya. Bukan main besarnya !

Karena itu, kadang-kadang sebagai Kepala Negara saya bisa akui,  kalau ada orang berkata, Kom itu tidak ada jasanya dalam perjuangan kemerdekaan, aku telah berkata pula berulang-ulang, malahan di hadapan partai-partai yang lain, di hadapan  parpol yang lain, dan aku berkata, barangkali di antara semua parpol-parpol, di antara semua parpol-parpol, ya baik dari Nas maupun dari A tidak ada yang telah begitu besar korbannya untuk kemerdekaan Indonesia daripada golongan Kom ini, katakanlah PKI, Saudara-saudara.

Saya pernah mengalami. Saya sendiri lho mengalami, Saudara-saudara, mengantar 2000 pemimpin PKI dikirim oleh Belanda ke Boven Digul. Hayo, partai lain mana ada sampai ada 2000 pimpinannya sekaligus diinternir, tidak ada. Saya pernah sendiri mengalami dan melihat dengan mata kepala sendiri, pada  satu saat 10 000 pimpinan daripada PKI dimasukkan di dalam penjara. Dan menderita dan meringkuk di dalam penjara yang bertahun-tahun.

Saya tanya, ya tanya  dengan terang-terangan, mana ada parpol lain, bahkan bukan parpolku, aku pemimpin PNI, ya aku dipenjarakan, ya diasingkan, tetapi PNI pun tidak sebesar itu sumbangannya kepada kemerdekaan Indonesia daripada apa yang telah dibuktikan oleh PKI. Ini harus saya katakan dengan tegas.

Kita harus adil, Saudara-saudara, adil, adil,  adil, sekali adil. Aku, aku sendiri menerima surat, kataku beberapa kali di dalam pidato, surat daripada pimpinan PKI yang hendak keesokan harinya digantung mati oleh Belanda, yaitu di Ciamis. Ya, dengan cara rahasia mereka itu, empat orang mengirim surat kepada saya, keesokan harinya akan digantung di Ciamis. Mengirim surat kepada saya bunyinya apa ? Bung Karno, besok pagi kami akan dihukum di tiang penggantungan. Tapi kami akan jalani hukuman itu dengan ikhlas, oleh karena kami berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Kami berpesan kepada Bung Karno, lanjutkan perjuangan kami ini, yaitu perjuangan mengejar kemerdekaan Indonesia.

Jadi aku melihat 2000 sekaligus ke Boven Digul. Berpuluh ribu sekaligus masuk di dalam penjara. Dan bukan penjara satu dua tahun, tetapi ada yang sampai 20 tahun, Saudara-saudara. Aku pernah mengalami seseorang di Sukamiskin, saya tanya : Bung, hukumanmu berapa? 54 tahun. Lho bagaimana bisa 54 tahun itu ? Menurut pengetahuanku kitab hukum pidana tidak ada menyebutkan lebih daripada 20 tahun. 20 tahun atau seumur hidup atau hukuman mati, itu tertulis di dalam Wetboek van Strafrecht (kitab hukum pidana). Kenapa kok Bung itu 54 tahun? Ya. Pertama kami ini dihukum 20 tahun, kemudian di dalam penjara, kami masih mempropaganda-kan kemerdekaan Indonesia antara kawan-kawan pesakitan, hukuman. Itu konangan, konangan, ketahuan, saya ditangkap, dipukuli, dan si penjaga yang memukuli saya itu saya tikam mati. Sekali lagi aku diseret di muka hakim, dapat tambahan lagi 20 tahun. Menjadi 40 tahun.

Sesudah saya mendapat vonnis total 40 tahun ini, sudah, saya tidak ada lagi harapan untuk bisa keluar dari penjara. Sudah hilang-hilangan hidup saya di dalam penjara ini, saya tidak akan menaati segala aturan-aturan di dalam penjara.  Saya di dalam penjara ini terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada satu waktu saya ketangkap lagi, oleh karena saya berbuat sebagai yang dulu, saya menikam lagi,  tapi ini kali tidak mati, tambah 14 tahun, 20 tambah 20 tambah 14 sama dengan 54 tahhun.

Ini orang dari Minangkabau, Saudara-saudara. Dia itu tiap pagi subuh-subuh sudah sembahyang. Dan  selnya itu dekat saya, saya mendengar dia punya doa kepada Allah SWT ; Ya Allah, ya Robbi, aku akan mati di dalam penjara ini. Tetapi sebagaimana sembahyangku ini, shalatku ini, maka hidup dan matiku adalah untuk Engkau.

Coba; coba, coba, coba !  Lha kok ada sekarang ini golongan-golongan yang berkata bahwa komunis atau PKI tidak ada jasa di dalam kemerdekaan Indonesia ini.

Sama sekali tidak benar ! Aku bisa menyaksikan bahwa di antara parpol-parpol malahan mereka itu yang telah berjuang dan berkorban paling besar.

 (Bung Karno, Istora Senayan 13 Februari 1966)

Sabtu, 20 Februari 2016

Mengingat Kembali SEJARAH KMB dan Korelasinya Untuk Saat Ini.

Pada Tahun 1959 Pemerintah Indonesia (Soekarno) berhasil memporakporandakan perjanjian KMB dengan Belanda. Dimana, Irian barat (Papua) berhasil dibebaskan dari Imperialisme berlandaskan, dan soekarno meminta agar Irian Barat masuk pada negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).

Apa tujuannya? Irian Barat jika tidak dikendalikan Indonesia ada kemungkinan dijadikan sebagai Pangkalan perang oleh Amerika Serikat terbesar di wilayah pasific. Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia meminta agar dari sabang sampai Merauke berada dibawah kendali Indonesia.

Keputusan pemerintah pada waktu itu merupakan sebuah langkah strategis. Sebab, AS atau negara negara penjajah yang tidak berhasil menguasai Irian Barat menjadi 'gagal' untuk melakukan penjajahan kepada negara negara di wilayah pasific.

Lantas apa korelasinya dengan Kondisi saat ini?

Dari beberapa literatur, saya mendapat kesimpulan, aksi aksi yang membuat negara gaduh semisal aksi papua merdeka, freeport dll merupakan usaha negara negara 'asing' yang ingin menduduki wilayah Papua. Tujuannya? Tetap sama, menjadikan Papua pangkalan Perangnya.

Konflik di wilayah Pasific semisal laut china selatan dan konflik konflik yang lain membuat Indonesia menjadi negara yang strategis karena ada di 'tengah' wilayah tersebut.

Kalau misalkan harus ada perang militer di wilayah Pasific, maka landasan yang paling strategis untuk menggempur negara yang ada didaerah tersebut memang dari Indonesia. Sebab, pesawat amerika tidak mungkin terbang dari AS langsung menuju negara sasaran. Begitupun negara negara lain yang berkepentingan. Hal ini sebenarnya menjadi ancaman (entah ancaman serius atau tidak) untuk keamanan NKRI.

Memang, Salah satu kawan karib yang saat ini menjabat salah satu komandan menyebutkan, Indonesia tidak mempunyai alasan jika mau diserang secara militer. Sebab, Indonesia tidak ada pelanggaran yang harus mengakibatkan Indonesia harus diperangi. Semisal memiliki Nuklir. Karenanya, cara paling efektif memang untuk menduduki indonesia itu dengan cara memecah belah keutuhan NKRI melalui gerakan gerakan separatis.

Lanjut..!!
Perang Ekonomi? Nah, kita sepakati bersama, Indonesia merupakan negara yang super duper kaya dengan kekayaan alamnya. Jadi, penguasaan aset aset melalui Corporate action menjadi cara yang sangat disenangi negara barat. Dengan menguasai aset alam di Indonesia maka, negara asing akan mendapatkan banyak keuntungan. Sebab, biaya produksi dan transportasi ke negara negara konsumen menjadi lebih murah. Apalagi, upah buruh di Indonesia tergolong murah diukur dengan negara negara tambang semisal timur tengah.

Oleh sebab itu, Indonesia saat ini diobok obok oleh negara negara yang penuh dengan kepentingan. Tak jarang mereka mengancam dengan ancaman yang hemat saya sangat tidak masuk akal jika kita menanggapi. Semisal, masih ingat kasus Eksekusi Mati Warga australi bukan? :-) padahal, australia merupakan negara yang membutuhkan Indonesia dengan stok dagingnya yang melimpah. Kenapa? Karena negara negara eropa dan amerika tidak mungkin memenuhi kebutuhan daging dari australia, karena sudah ada swiss, argentina dan negara negara lain yang secara ukuran transportasi, Cost nya lebih murah. Itu hanya satu contoh, belum contoh yang lain.

Kondisi seperti itu pemimpin indonesia akan kelihatan 'kelasnya'. Indonesia selalu membutuhkan pemimpin yang mempunyai jiwa leadership yang cukup kuat. Harapannya, semoga saja saat ini dengan Kondisi kegaduhan yang diciptakan oleh sekelompok elit, Indonesia tidak sedang dipimpin oleh pemimpin Amatiran. Wallahua'lam



Digali dari berbagai sumber.


Rabu, 03 Februari 2016

Apresiasi Khusus Untuk Pemprov Jatim Terkait GAFATAR.

Besarnya pemberitaan tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang mengarah kepada opini 'sesat' untuk organisasi tersebut semakin tidak terbendung. Sayangnya, berita besar ini sama halnya dengan kasus 'Iron Man' dari Bali. Yakni, tidak ada kajian akademik dari para pemburu berita.

Organisasi dianggap sesat apabila sudah ada track record kegiatan yang memang dianggap sesat. Sedangkan, pemberitaan sesat dari daftar justru berkutat pada berita orang hilang. Bukan pada kegiatan yang selama ini di lakukan oleh kaum Gafatar.

Gafatar, setelah saya mengkroscek ke beberapa narasumber, merupakan ormas biasa yang mempunyai misi ketahanan pangan nasional. Sejalan dengan cita cita presiden Jokowi. Kalaupun ada kegiatan yang melenceng, itu hanya pekerjaan oknum (yang sengaja dibuat melenceng). Saya menganalogikan sederhana, mereka sama seperti umat islam yang tidak sholat, atau umat kristiani yang tidak mau mengakui yesus. Islam dan kristen, adalah agama yang 'benar' (benar tanda kutip), yang mana umatnya berprilaku macam macam.

Apa salahnya, anak bangsa yang peduli terhadap pangan negara, mau berbuat sesuatu untuk menciptakan ketahanan pangan, dan sukses? Sementara, pemerintah sendiri hanya berkutat pada tingkatan minhajj al fiqr (meminjam bahasa kawan PMII dan NU).

Apresiasi besar kepada pemprov jatim, yang mana, Baik Ir. Soekarwo dan Gus Ipul sepakat untuk tidak memberikan sangsi kepada PNS yang ikut Gafatar. Kecuali, dalam aturan PNS yang mana jika PNS selama 46 hari tidak bekerja maka akan mendapat sangsi. Ingat! Sangsi ini diberlakukan untuk Siapa saja yang tidak finger selama 46 hari. Bukan karena Gafatar.

Sikap ini sejalan dengan MUI yang sampai saat ini masih belum mengharamkan kegiatan Gafatar. Bahkan, sebagian orang memprediksi Gafatar tidak akan terkena label Haram MUI.

Sayangnya, sikap pemerintah provinsi jawa timur ini sepertinya kurang nilai jualnya untuk media. Justru, ketika saya men search link berita tentang pernyataan resmi Gubernur dan wakilnya, saya hanya mendapati sebagian saja. Yang keluar, justru pemkot surabaya yang bertaburan.

Sikap tidak adil media di Indonesia, lagi lagi harus memakan banyak korban. Karena kurang kajian, masyarakat harus membenci ormas yang masih tidak ditemukan titik kesalahannya. Saya berpikir, kasus ini, anggota ormas ini, akan sama nasibnya dengan PKI. Anak anak mereka, akan 'terlempar' dari saudaranya.

Logikanya sederhana, Gafatar ini merupakan Ormas yang terdaftar secara resmi ke pemerintah. Visi dan Misi jelas, AD/ART jelas. Kalau seandainya memang sesat, seharusnya pemerintah kan sudah dari awal tidak menerbitkan SK ormas melalui menkumham.

Dan, media sampai detik ini tidak berani menelusuri atau membuka informasi siapa penasehat yang terdaftar di menkumham (ini kode saya). Lagi lagi, mereka hanya berkutat pada soal orang hilang.

Pemerintah pusat pun, sepertinya tidak mempunyai solusi yang jelas melalui Mensos (atau memang sengaja tidak jelas?). Bahkan, KONTRAS dengan tegas mengatakan sikap Mensos justru dengan secara tidak langsung mengusir mereka.

Oleh sebab itu, sebaiknya media dan pemerintah jangan membuat opini yang berlebihan jika belum melalui tahapan akademik. Karena, terbangunnya opini 'Liar' ditengah masyarakat justru akan menciptakan suasana yang tidak kondusif untuk negara. Sebaiknya, melihat sesuatu janganlah selalu dibuat gaduh.

Kadang saya berpikir, di Indonesia ini, prinsipnya adalah 'Gaduh Dulu, Baru di Kaji'. Wallahua'lam